Adu Gocek Dengan Pasar Valuta Asing

Wall Street Journal edisi digital menulis, negara-negara ASEAN plus Jepang, Korea Selatan, dan Cina akan menggandakan dana cadangan yang siap digunakan untuk menjaga stabilitas mata uang negara masing-masing.

Rencana ini mengindikasikan radar ASEAN Integration Monitoring Office atau AIMO (kantor kerjasama ASEAN untuk stabilitas) menangkap sinyal krisis makin serius.

Penambahan dana cadangan menjadi $ 240 miliar dilakukan lantaran eskalasi krisis dinilai makin tinggi. Di antaranya ditunjukan melalui kenaikan harga minyak mentah. Situasi ini bisa memberikan tekanan negatif terhadap mata uang lokal, sehingga dibutuhkan dana pencadangan untuk menahannya.

Kira-kira, skenario yang disiapkan adalah ketika harga minyak terus naik, harga dolar bisa makin mahal mengingat transaksi di pasar global dengan valuta tersebut. Akibat permintaan yang naik ini, mata uang lokal bisa tertekan. Dengan dana cadangan yang memadai, maka bisa dilakukan intervensi dengan cara ikut menjual mata uang Amerika itu.

Intervensi itu tentu dilakukan di pasar valuta. Melalui pasar ini pula, para investor bisa melakukan akrobat untuk mencari keuntungan. Misalnya, ada yang dikenal dengan istilah arbitrase.  Modusnya seperti akal-akalan dengan pasar valuta atau nilai kurs, biasa yang dilakukan oleh para pelaku di pasar keuangan.

Tujuan utama dari aktivitas ini tentu untuk mencari keuntungan melalui transaksi di pasar yang berbeda. Seperti itulah prinsipnya. Bisa dilakukan dengan mata uang yang sama tapi pasar berbeda, bisa juga melakukan transaksi silang mata uang. Istilah arbitrase lazim berlaku di pasar keuangan secara umum, bukan hanya di pasar valuta.

Dalam praktek yang sederhana pada kasus satu mata uang misalnya, jika harga dolar AS terhadap dolar Australia lebih murah di pasar Amerika ketimbang Hong Kong, maka beli di Amerika lalu jual di Hong Kong. Selisih harganya adalah keuntungan.

Sementara untuk transaksi silang mata uang, permisalannya seperti ini. Katakanlah harga dolar AS setara dengan Rp 10.000, kurs JPY (Yen Jepang)  Rp 115, dan 1 dolar AS bisa ditukarkan dengan 100 JPY. Dalam kondisi seperti ini, transaksi silang dimungkinkan untuk mencari keuntungan dari selisih.

Anggap kita punya uang Rp 1.000.000. Cobalah tukarkan dengan dolar AS. Maka akan diperoleh US$ 100. Kemudian, tukarkan lagi dengan Yen Jepang, sehingga dapat 10.000 JPY. Mengingat 1 JPY setara dengan Rp 115, maka tukarkanlah kembali ke rupiah.

Alhasil, yang kita peroleh sebesar Rp 1.150.000. Berarti, dengan modal satu juta tadi, dalam waktu singkat sudah dapat keuntungan yang cukup tinggi, yaitu Rp 150 ribu atau 15 persen. 

Cobalah lakukan terbalik. Dimulai dengan membeli Yen, kemudian ganti Dolar, setelah itu kembalikan ke Rupiah. Hasilnya adalah kerugian. Jadi, bukannya untung tetapi malah buntung. Karena itu, investasi bukan sekadar mengandalkan insting, tetapi juga membutuhkan ketelitian dan pengetahuan agar tidak salah perkiraan. Jangan asal tebak.

Dalam arbitrase seperti ini, mengingat pasar valuta tidak pernah tidur: Asia tutup, Amerika dan Eropa buka atau sebaliknya, kemampuan melihat tren menjadi penting. Jangan-jangan, ketika sedang melakukan arbitrase, mata uang dibidik bergerak tajam, baik menguat maupun melemah.

Tetapi pada prinsipnya, model pelaksanaannya sesimpel itu. Kuncinya mau mengamati, mempelajari, seksama, dan tentunya punya modal yang akan diputarkan. 

Selamat mencoba.




sumber : Yahoo News!

0 komentar:

Posting Komentar