Google di Tuduh Langgar Hak Privasi Pengguna "Apple Safari"


Google dan tiga perusahan periklanan dalam jaringan pada Jumat dituduh menerobos pengaturan privasi dalam aplikasi perambah Apple "Safari" guna menelusuri kebiasaan selancar di komputer dan iPhone. 
"Aplikasi perambah Safari secara baku terkonfigurasi untuk memblok "cookies" pihak ketiga. Kami mengidentifikasi empat perusahaan periklanan yang menempatkan cookies yang dapat terlacak di Safari. Google dan Vibrant Media secara sengaja mengelak dari fitur privasi Safari," kata seorang mahasiswa Universitas Stanford, dalam sebuah posting blog yang dirilis pada Jumat. 
Kode pelacakan tersebut dikonfirmasi oleh penyelia teknis Jurnal Wall Street. Dari 100 laman internet populer, ditemukan 22 laman yang mengandung iklan dalam sebuah komputer yang dipasangi kode pelacak oleh Google. Sebanyak 23 iklan juga terpasang sebagai kode di iPhone. 
Menurut riset itu, Google dan perusahaan lainnya telah mengeksploitasi celah dalam pengaturan privasi aplikasi perambah Safari, yang secara standar memblok pelacakan, tetapi membuat pengecualian jika seorang pengguna berinteraksi dengan laman tersebut, misalnya dengan mengisi formulir tertentu. 
"Jadi Google menambahkan kode dalam beberapa iklannya, sehingga Safari mengira seorang pengguna sedang mengirimkan form tak terlihat kepada Google. Safari kemudian akan membiarkan Google menempatkan cookie di ponsel atau komputer itu," kata laporan Jurnal Wall Street. 
Laporan itu mengatakan file kecil yang disebut "cookie" itu biasanya tidak berfungsi setelah 12 hingga 24 jam, namun terkadang dapat berfungsi untuk penelusuran lebih lanjut terhadap para pengguna Safari, karena Safari membolehkan sejumlah perusahaan untuk menambahkan lebih banyak cookies dalam sebuah komputer ketika satu cookie telah terpasang. 
Google menonaktifkan kode itu setelah dihubungi oleh Jurnal Wall Street, kata harian itu. Raksasa pencari itu juga menghilangkan beberapa instruksi kepada pengguna Safari dalam salah satu laman internet mereka, yang dikatakan para pengguna dapat melakukan pengaturan privasi lewat Safari jika ingin mencegah pelacakan privasi oleh Google. 
"Jurnal itu salah membaca situasi yang terjadi. Kami biasa menggunakan Safari untuk menyediakan fitur yang diaktifkan para pengguna Google. Penting sekali untuk menegaskan bahwa cookies iklan itu tidak mengumpulkan informasi pribadi," kata Google dalam sebuah pernyataan. 
Tiga perusahaan periklanan daring lain yang juga dituduh menggunakan kode serupa adalah Vibrant Media, WPP`s Media Innovation Group dan Gannet`s PointRoll. 
Seorang programer di Mumbai, Anant Garg (25), adalah pengembang kode "Safari workaround"dan memposting tentang penggunaan teknisnya dua tahun lalu. Dia mengatakan kepada Jurnal Wall Street bahwa ia tidak mempertimbangkan aspek privasi karena ia hanya ingin Safari bekerja seperti aplikasi perambah lainnya. 
Kelompok pemantau konsumen pada Jumat meminta Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) untuk menyelidiki apakah Google melanggar kesepakatan dengan FTC sebelumnya tentang pembajakan dengan menempatkan cookies pelacak yang menghindar dari pengaturan privasi di aplikasi perambah Safari. 
Masih pada Jumat, Microsoft mengecam Google terkait praktik itu, dengan mengatakan hal itu bukan yang pertama dilakukan Google. Dalam sebuah posting blog berjudul "Merambah tanpa harus terambah", Microsoft mempromosikan aplikasi Internet Explorer 9, dengan menyorot proteksi privasi yang terkuat dalam industri internet. 
Google tengah mendapat sorotan terkait pelanggaran hak privasi penggunanya. Akhir bulan lalu, Google mengumumkan untuk menulis ulang kebijakan privasi mereka, dengan mengonsolidasikan informasi pengguna di seluruh layanan mereka. 
Langkah tersebut segera disambut kekhawatiran dan kekecewaan karena Google tidak menawarkan pilihan pembatasan privasi tertentu kepada penggunanya.

0 komentar:

Posting Komentar